Konseling Behavior



Konseling Behavior untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Pada Siswa Berintelegensi Rendah
Heni Pratiwi(201431044)

      Abstrak- Dalam perkembangan  pendidikan di Indonensia tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi ketika proses belajar mengajar berlangsung. Permasalahan tersebut diantaranya adalah kurangnya motivasi belajar terhadap siswa berintelegensi rendah. Solusi untuk menangani permasalahan tersebut dapat menggunakan penerapan konseling behavior. Konseling adalah hubungan bantuan antara pembimbing dan siswa yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah. Teori Behavior merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teknik dalam Konseling Behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru akan dapat dibentuk melalui latihan asertif, desensitisasi sistematis, dan pengkondisian aversi.
 Kata Kunci: konseling behavior, motivasi, intelegensi

PENDAHULUAN
Sebagai seorang konselor tentu bukan hal asing lagi dalam menangani masalah-masalah yang di hadapi oleh siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Permasalahan yang di anggap sepele dapat mengakibatkan dampak negatif  yang merugikan siswa tersebut maupun pihak sekolah. Di antara sekian banyak masalah salah satunya adalah intelegensi siswa yang relatif rendah. Masalah tersebut selalu menjadi kendala untuk siswa maupun pembimbing. Dalam menangani permasalahan intelegensi siswa yang relatif rendah, tidak sedikit usaha dari pembimbing untuk menanganinya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan pembimbing untuk menangani masalah tersebut melalui konseling behavior.
Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh  seorang pembimbing kepada siswa yang mengalami suatu masalah. Behavior merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berlier tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Prosedur konseling dalam pendekatan behavior adalah penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan baru, implementasi strategi, dan eveluasi perilaku. Diharapkan konseling behavior mampu meningkatkan motivasi belajar kepada siswa berintelegensi rendah agar mempunyai semangat dalam belajar. Karena motivasi merupakan kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar siswa. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku siswa, termasuk perilaku belajar.

Pengertian Konseling
Konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (Gibson:1985). Sedangkan menurut ahli lainnya konseling adalah serangkaian kontak atau hubungan bantuan langsung antara individu dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya (Rogers dalam Hendrano:2003).
Jadi dapat disimpulkan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Pengertian Konseling Behavior
Teori Behavior merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavior dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku  siswa. Ciri dari teori behavior adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian terkecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
1.      Teori S-R
Teori ini menunjukkan sebagai proses aksi (Stimulus) dan reaksi (Respon) yang sangat sederhana. Dalam proses perpindahan informasi ada dua kemungkinan respon yang akan diberikan oleh komunikator, yaitu reaksi negatif dan positif. Reaksi positif terjadi apabila komunikasi menerima stimuli dari komunikator dan memberikan reaksi seperti apa yang diharapkan oleh sang komunikator. Secara implisit ada asumsi dalam teori S-R ini bahwa perilaku (respon) manusia dapat diramalkan. Komunikasi dianggap statis, berprilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan atau kemauan bebasnya.



2.      Teori S-O-R
Singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Asumsi dasar dari teori S-O-R  ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R  theory memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula.
Perbedaan antara S-R dan S-O-R, adalah adanya proses modifikasi sebuah pesan yang dilakukan oleh individu atau manusia atau dalam konteks bahasan ini sebagai Organisme (dalam teori S-O-R) dalam menerima sebuah stimuli (pesan) yang berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukannnya (reaksi).
Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli,di antaranya : (1)      Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar, (2)      Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif, (3)      Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari, (4)      Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive), (5)      Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan, (6)      Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasa9ran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.
Pada hakekatnya, konseling Behavior mampu menjadi suatu solusi untuk meningkatkan motivasi siswa terutama siswa yang berintelegensi rendah.  Tingkah laku seseorang ditentukan oleh penguatan yang diterima dalam situasihidupnya. Tingkah laku dipelajari ketika siswa berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar: (a) pembiasaan  klasik; (b) pembiasaan operan; (c) peniruan. Tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh kepuasandan ketidak puasan yang diperoleh. Siswa bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga perilaku siswa  dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentuk tingkah laku.
Karakteristik konseling behavior adalah: (a) berfokus pada tingah laku yang tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling, (c) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah siswa, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling. Tujuan konseling yaitu menghapus/ menghilangkan tingkah laku maladatif (masalah) untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang dibutuhkan siswa. Teknik konseling behavior didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.
Prinsip kerja teknik konseling behavioral yaitu: (1) memodifikasi tingkah laku melalui pemberian pengatan. Agar siswa terdorong untuk merubah tingkah lakunya, (2) Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan, (3) Memberikan  penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan, (4) Menkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberiancontoh atau model, (5) Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah lakuyang diinginkan dengan sistem kontra. Penguatan dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun keuntungan sosial.
Adapun teknik konseling behavior yang dapat meningkatkan motivasi siswa berintelegensi rendah: (1) Latihan asertif yaitu untuk melatih siswa yang berintelegensi rendah untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar, (2) Desensitisasi sistematis yaitu memfokuskan bantuan untuk menenangkan siswa berintelegensi rendah dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks, (3) Pengkondisian aversi yaitu untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan siswa berintelegensi rendah agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut, (4) Pembentukan tingkah laku model yaitu untuk membentuk tingkah laku baru pada siswa berintelegensi rendah, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk.

Jadi konsep dasar teori behavior ini adalah tentangperubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku itu karena belajar, melainkan ada juga perubahan karena kematangan.

Pengertian Motivasi
Motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga luar (Dalyono, 2005: 55).
Jenis-jenis motivasi belajar, yaitu:
1.      Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2.      Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. (Sardiman, 1996:90).
Adapun bentuk motivasi yang sering dilalukan disekoha adalah memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman (Djamarah dan Zain 2002:168).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: (1) cita-cita/ aspirasi siswa, (2) kemampuan siswa, (3) kondisi siswa dan lingkungan, (4) unsur-unsur dinamis dalam belajar, (5) upaya guru dalam membelajarkan siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999:100).
Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan  fungsi lain motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, sedangkan fungsi motivasi itu memberikan suatu nilai atau itensitas tersendiri dari seorang siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajarnya.

Pengertian intelegensi
Intelegensi merupakan sebuah kemampuan yang dimilki manusia dimana antara manusia yang satu dengan manusia lain berbeda baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Intelegensi sering diartikan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk belajar dan yang paling sering adalah kemampuan untuk berfikir abstrak. Intelegensi sering dikaitkan dengan kemampuan berfikir karena semakin tinggi tingkat intelegensinya maka semakin cepat pula proses dalam berfikir.
Beberapa penelitian dapat menunjukkan korelasi antara kecerdasan dengan prestasi belajar. Intelegensi memberikan sumbangan pada prestasi belajar antara 16 sampai 36 persen (Wheterington) 9 persen hingga 64 persen diteleti oleh Super (dalam Amrizal, 1988). Amrizal (1988) menemukan angka kolerasi sebesar 0,50. Dengan demikian sekitar 25% intelegensi mempengaruhi hasil belajar.
Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1) kecerdasan linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang sudah dikenal sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu (3) kecerdasan spasial-visual, (4) kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6)kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal, dan (8) kecerdasan natural.
 Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi, antara lain sebagai berikut: (1) Faktor bawaan/keturunan, (2) Faktor minat dan pembawaan yang khas, (3) Faktor pembentukan, (4) Faktor kematangan, (5) Faktor kebebasan.
Dapat disimpulkan bila intelegensi siswa rendah akan berdampak negatif pada diri siswa tersebut. Maka perlu penanganan melalui konseling behavior agar dapat memperbaiki intelegensi intelegensi yang rendah tersebut.

PENUTUP
Teori Behavior merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Sehingga dapat digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan motivasi siswa yang berintelegensi rendah. Karena siswa yang berintelegensi rendah membutuhkan konseling yang mampu meningkatkan motivasinya dalam belajar. Motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga luar (Dalyono, 2005: 55), sedangkam intelegensi merupakan sebuah kemampuan yang dimilki manusia dimana antara manusia yang satu dengan manusia lain berbeda baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Jadi bila intelegensi siswa rendah akan berdampak negatif pada masa depan siswa tersebut. Maka perlu penanganan melalui konseling behavior agar dapat memperbaiki intelegensi siswa yang rendah dengan meningkatkan motivasi siswa.













Daftar Pustaka
Azizah, Iefa. 2011. Pengaruh Intelegensi dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik.http://marifatinazizah.blogspot.com/2011/12/pengaruh-intelegensi-dan-motifasi.html?m=1. Diakses tanggal 1Januari 2015.
Erickson, Arie. 2012.  Pengertian Intelegensi. Tersedia pada: http://ariecancergo.blogspot.com/2012/11/intelegensi-a_6.hlml?=1. Diakses tanggal 1 Januari 2015.
Hanifrahm.2012. Teori Behavioral dan Kognitif. Tersedia pada: https://hanifrahm.wordpress.com/2012/06/01/teori-behavior-dan-kognitif/. Diakses tanggal 31Desember 2014.
Sudrajat,Ahmad. 2008. Tersedia pada: http://akhmadsudrajad.wordpress.com/2008/01/23pendekatan-konseling-behavioral/. Diakses tanggal 1Januari 2015.
Sutrisna, Putu.2010. Hubungan Intelegensi, Minat, Bakat serta Kreatifitas Peserta Didik. Tersedia pada: http://putusutrisna.blogspot.com/2010/11hubungan-intelegensi-minat-bakat-serta.html?m=1. Diakses tanggal 4 Januari 2015.
Udin,Taufik.2013. Pengertian Motivasi Belajar Siswa Menurut Para Ahli Definisi. Tersedia pada:  http://taufikudin.wordpress.com/category/pengertian-motivasi-belajar-siswa-menurut-para-ahli-definisi/. Diakses tanggal 1Januari 2015.
Widya Lestari, Eni.2012. Definisi Konseling Menurut Para Ahli. Tersedia pada: http://eniwidya.blogspot.com./2012/05/definisi-konseling-menurut-para-ahli.html?m=1. Diakses tanggal 31 Desember 2014.


Previous
Next Post »
0 Komentar

NAMA KELOMPOK

NAMA KELOMPOK   NOVA HARDIANTI (201431004) HENI PRATIWI         (201431044) NOVI PUTRI PERTIWI (201431031) IDA AFITIYA SARI (2014310...