METODE PEMERIKSAAN FISIK



METODE PEMERIKSAAN FISIK dan KESEHATAN SEBAGAI UPAYA MENGATASI TURUNNYA PRESTASI SISWA
Ida Afitiya Sari[201431003]

ABSTRAK
Metode pemeriksaan fisik dan kesehatan adalah cara memahami individu dengan mempelajari berbagai catatan mengenai fisik dan kesehatan individu yang bersangkutan, baik catatan terbaru maupun yang sudah berupa dokumen. Kondisi fisik dan kesehatan seseorang mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikisnya. Pertumbuhan dan keadaan kesehatan mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Tidak hanya mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa, pemeriksaan fisik dan kesehatan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan dirinya.
Kata Kunci: Fisik, kesehatan, prestasi siswa

PENDAHULUAN
Belajar merupakan inti dari pendidikan. Tanpa belajar tidak akan ada pendidikan. Karena belajar adalah proses untuk berubah dan berkembang. Setiap manusia baik sadar maupun tidak sadar harus selalu belajar. Karena hanya dengan belajar manusia dapat bertahan dalam persaingan hidup. Dalam proses belajar peserta didik tidak jarang ditemukan kendala-kendala dalam belajar, salah satunya adalah dalam hal kesehatan. Jika seorang individu belajar dengan kondisi tidak sehat maka kemunginan akan mengalami penurunan prestasi. Metode pemeriksaan fisik dan kesehatan sangat berpengaruh dalam hasil prestasi siswa. Metode  pemeriksaan fisik dan kesehatan adalah cara memahami individu dengan mempelajari berbagai catatan mengenai fisik dan kesehatan individu yang bersangkutan, baik catatan terbaru maupun yang sudah berupa dokumen.
Kondisi fisik dan kesehatan seseorang mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikisnya. Pertumbuhan dan keadaan jasmani(kesehatan) seseorang mempunyai pengaruh dalam perkembangan dirinya, terutama dalam proses dan hasil belajarnya.
Pertumbuhan jasmani yang baik dalam arti sesuai dengan kriterianya, misalnya berat anak usia 7 tahun minimal 18 kg dan seterusnya, harus mendapatkan perhatian yang serius dari pihak guru mata pelajaran dan konselor. Keterlambatan perkembangan yang disebabkan oleh malnutrisi, kekurangan protein, dan sebab-sebab gangguan fisik lainnya dapat berakibat mengganggu proses berpikir siswa, daya tangkap dan daya tahannya untuk memecahkan masalah membutuhkan energi psikis dan fisik yang banyak.
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah :
a.Inspeksi, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll
b.Palpasi, adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
c.Auskultasi, adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
d.Perkusi, adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.
Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan, dan prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir hingga ia dewasa.
 Perubahan-perubahan ini meliputi: pertumbuhan ukuran tubuh, pertumbuhan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin yang utama (primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder).


a.    Pertumbuhan sebelum lahir
Manusia itu dimulai dari suatu proses pembuahan (atau pertemuan sel telur dan sperma) yang membentuk suatu sel kehidupan, yang disebut embrio. Embrio manusia yang telah berumur satu bulan, berukuran sekitar setengah sentimeter. Pada umur dua bulan ukuran embrio itu membesar menjadi dua setengah sentimeter dan disebut janin atau “fetus”. Baru setelah satu bulan kemudian (jadi kandungan telah berumur tiga bulan), janin atau fetus tersebut telah berbentuk menyerupai bayi dalam ukuran kecil.
Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan syaraf yang membentuk sistem yang lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan janin di akhiri saat kelahiran. Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda kematangan biologis dan jaringan syaraf masing-masing komponen biologis telah mampu berfungsi secara mandiri.
b.    Pertumbuhan setelah lahir
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan pertumbuhannya sebelum lahir. Proses pertumbuhan fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa. Selama tahun pertama dalam pertumbuhanannya, ukuran panjang badannya akan bertambah sekitar sepertiga dari panjang badan semula dan berat badannya akan bertambah menjadi sekitar tiga kalinya. Sejak lahir sampai dengan umur 25 tahun, perbandingan ukuran badan individu, dari pertumbuhan yang kurang proporsional pada awal terbentuknya manusia (kehidupan sebelum lahir atau pranatal) sampai dengan proporsi yang ideal di masa dewasa.
Pertumbuhan fisik manusia berbeda dengan pertumbuhan hewan. Demikian anak hewan itu dilahirkan, dalam waktu yang relatif singkat ia segera dapat berjalan mengikuti induknya untuk mencari makanan. Tetapi tidak demikian halnya bagi manusia. Pada awal setelah bayi itu dilahirkan, respon terhadap segala rangsangan dari luar dirinya dilakukan secara refleks dan belum terkoordinasi. Apabila pipih disentuh (dari sebelah kiri), maka bayi itu akan menggerakkan kepalanya ke arah sentuhan secara reflektif dengan mulut terbuka dan kepalanya terub berputar dengan mulutnya mencapai rangsangan yang diberikan.
Pertumbuhan dan perkembangan fungsi biologis setiap orang memiliki pola dan urutan yang teratur. Banyak ahli psikologis menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dan perkembangan kemampuan fisik anak memiliki pola yang sama dan menunjukkan keteraturan. Dari lahir seorang bayi yang mampu menggerakkan tangannya secara rekletif ke arah kepalanya.
Pertumbuhan fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung pertumbuhan fisik seorang anak akan menentukan ketrampilan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fungi fisik terjadi secara bertahap, seperti naik turunnya gelombang, ada kalanya cepat adakalanya lambat. Irama pertumbuhan ini bagi setiap orang berbeda-beda, walaupun secara keseluruhan tetap memperhatikan keteraturan. Ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan cepat, sedangkan anak yang lain mengalami keterlambatan.
Pertumbuhan fisik anak dapat dibagimenjadi 4 periode utama, dua periode ditandai dengan periode yang cepat dan dua periode lainnya dicirikan oleh pertumbuhan yang lambat. Selama periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhan tumbuhnya sangat cepat. Pada akhir tahun pertama kehidupan pasca lahirnya, pertumbuhan seorang bayi memperlibatkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian menjadi stabil smpai anak memasuki tahap remaja, atau kematangan kehidupan seksualnya. Hal ini dapat dimulai ketika anak berusia sekitar 8 sampai 12 tahun. Mulai saat itu sampai ia berumur 15 atau 16 tahun pertumbuhan fisiknya akan cepat kembali dan biasanya masa ini disebut ledakan pubertas. Periode ini kemudian akan disusul dengan periode tenang kembali sampai ia memasuki tahap dewasa. Tinggi badan yang sudah tercapai dalam periode keempat ini akan tetap sampai ia tua, tetapi berat tubuh masih dapat berubah-ubah. Meskipun ada kenyataan bahwadaur pertumbuhan fisik dapat dikatakan teratur dan dapat diramalkan.
Kesehatan dan pemberian makanan yang bergizi terutama pada tahun pertama kehidupan seseorang juga menentukan kecepatan atau kelambatan daur pertumbuhan. Seorang anak memperoleh perawatan memadai,  biasanya akaan tumbuh dengan cepat dan anak yang kurangt memperoleh perawatan kesehatan dan gizi yang memadai, umumnya akan mengalami kelambatan dalam pertumbuhannya. Anak-anak yang memperoleh imunisasi teratur untuk mencegahnya dari berbagai serangan penyakit, juga merupakan faktor penting dalam percepatan pertumbuhan. Anak-anak ini akan tumbuh lebih cepat karena jarang sakit dan lebih sehat dibandingkan anak yang sering sakit karena kurang teratur imunisasinya.
Anak-anak yang tenang cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yang mengalami gangguan atau tekanan emosional, dan ketegangan emosional ini lebih dapat mempengaruhi berat tubuh dari pada tinggi tubuh seseorang. Yang palinng menonjol dalam variasi pertumbuhan ini adalah faktor pengaruh jenis kelamin.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa yaitu faktor internal, dan di dalam faktor internal terdapat faktor fisiologis. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebalikya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:
1) menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
3) istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
Dalam penjaringan anak sekolah juga dilakukan deteksi dini kesehatan intelegensia remaja sebagai suatu upaya pemeriksaan awal untuk menemukan secara dini adanya gangguan modalitas belajar yang dapat berpotensi mengakibatkan terjadinya kesulitan belajar pada remaja sehingga dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Selain itu juga diperoleh pemahaman tentang karakteristik remaja, potensi yang dimiliki, hal hal yang menghambat potensi dan cara mengembangkan potensinya tersebut. Setelah diketahui maka dapat direncanakan upaya peninngkatan kualitas kesehatan intelegensia sehingga remaja tersebut dapat mengoptimalisasikan hasil belajarnya, serta orangtua dan guru dapat memberikan dukungan dan bimbingan sesuai dengan potensi dan cara belajar unik yang dimiliki setiap remaja. Modalitas belajar adalah cara kerja otak kita dalam menyerap, memproses dan menyimpan informasi yang diperoleh melalui panca indera secara optimal.
 Menurut howard gardner modalitas belajar dapat dikarakteristikkan menjadi modalitas belajar auditory, visual dan kinestetik. Modalitas belajar auditory adalah kemampuan belajar dengan mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model belajar ini benar benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya untuk bisa mengingat dan memahami informasi tertentu yang bersangkutan haruslah mendengarkannya terlebih dahulu. Biasanya mereka yang terbatas dalam modalitas ini memiliki kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu rektif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata dan ucapan. Modalitas visual adalah kemampuan belajar dengan menitik beratkan kemampuan menangkap dan menyimpan informasi lewat penglihatan. Artinya bukti bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham. Ciri ciri yang memiliki modalitas visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum mereka memahaminya. Mereka memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna disamping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Mereka yang terbatas dalam modalitas belajar ini umumnya sulit menyerap secara langsung informasi dalam bentuk tulisan, selain memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Modalitas kinestetik berarti belajar dengan sentuh dan gerak, rasakan, praktik yang melibatkan fisik dan menggunakannya sewaktu belajar. Gaya belajar ini mengharuskan remaja menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar terus mengingatnya, hanya dengan mencoba coba dengan memegang saja seseorang yang optimal dalam modalitas belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Individu yang optimal dalam modalitas belajar ini bisa belajar lebih baik kalau prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerakan tubuh (athletic ability). Karakter kedua tak tahan duduk manis berlama lama mendengarkan penjelasan. Tak heran jika individu yang memiliki gaya belajar ini baru bisa belajar lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik.
Deteksi dini masalah kesehatan mental remaja adalah suatu upaya pemeriksaan awal untuk menemukan secara dini adanya masalah kesehatan mental pada remaja. Masalah kesehatan mental remaja meliputi beberapa domain yaitu domain masalah perilaku dan agresifitas, domain masalah emosional, domain masalah dengan teman sebaya, domain masalah interpersonal dan domain masalah dengan napza.
Penyebab Perubahan Fisik
Penyebab perubahan pada masa remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endokrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua hormon yang diduga erat ada hubungannya dengan perubahan pada masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad -- yaitu merangsang gonad agar mulai aktif bekerja. Tidak berapa lama sebelum saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai diproduksi dan pada saat remaja semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses ini dikendalikan oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar endokrin.
Urgensi Pemeriksaan Fisik dan Kesehatan
Kesehatan siswa perlu mendapat perhatian konselor dan guru mata pelajaran, meskipun hal ini bukan bidangnya. Perhatian tersebut tertuju pada gejala yang nampak akibat kesehatan yang terganggu, dan perlu diketahui sedini mungkin. Deteksi dini oleh konselor dan/atau guru mata pelajaran seperti siswa yang tidak dapat dengan jelas membaca tulisan di papan tulis, sering toidak dapat mendengar keterangan guru, sanagt membantu siswa untuk direferalkan (alih tangan) kepada petugas yang lebih berwenang (dokter, RSU, Puskesmas) guna mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan seperlunya. Oleh karena itu dalam melakukan peklayanan bimbingan dan konseling, konselor perlu mengetahui kondisi fisik dan kesehatan konselinya (siswa).
Pemeriksaan fisik dan kesehatan dapat dilakukan secara periodik, misalnya 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali, atau dapat dilakukan secara insidental sesuai dengan kebutuhan ataui masaklah yang dihadapi. Data tentang keadaan fisik dan kesehatan siswa dapat dipergunakan sebagai pedoman oleh konselor dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Data tersebut antara lain dapat dipergunakan dalam menentukan tempat duduk siswa. Misalnya siswa yang penglihatannya atau pendengarannya kurang, harus ditempatkan duduknya di bangku depan, siswa yang sering sakit atau mengalami cacat fisik dibebaskan dari kewajiban mengikuti olah raga praktik. Siswa yang keadaanya demikian memang perlu mendapatkan perlakuan dan perhatian yang berbeda dengan siswa yang normal. Perlu dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan baik itu siswa, guru, dan orang tua, bahwa kegagalan belajar siswa dapat disebabkan oleh perlakuan yang tidak sesuai dengan kondisi fisik dan kesehatannya.
Pemeriksaan fisik seperti tinggi badan dan berat badan,dapat ddilakukan oleh guru mata pelajaran terkait (guru Olahraga dan Kesehatan), wali kelas atau konselor. Sedangkan pemeriksaan kesehatan seperti pemeriksaan golongan darah, pendengaran, penglihatan, dan paru-paru, penyakit-penyakit tertentu yang diderita siswa dilakukan oleh dokter, mantri kesehatan, perawat kesehatan. Oleh karena itu sekolah perlu mengadakan kerja sama dengan Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas, Dokter, PMI agar program ini dapat berjalan dengan baik. Kegiatan Palang Merah Remaja, Pramuka Husada Bhakti juga dapat menjadi media kerja sama dengan pihak yang terkait dengan pemeriksaan fisik dan kesehatan.
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik dan kesehatan dicatat dalam kartu kesehatan. Sementara itu berbagai hal yang berkaitan dengan fisik dan kesehatan siswa dicatat dalam buku pribadi atau cummulative record peserti.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemeriksaan Fisik dan Kesehatan
Kelebihan pemeriksaan fisik dan kesehatan sebagai metode untuk memahami individu dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a.    Praktekpemahaman individu dengan metode ini memberikan kesempatan kepada sekolah, terutama konselor untuk bekerja sama dengan instasi yang bersangkutan dengan kesehatan.
b.    Mendeteksi sedini mungkin kondisi kesehatan siswa yang mungkin dapat mengganggu kelancaran dan keberhasilan belajarnya. Misalnya dengan diketahui bahwa siswa mempunyai penyakit epilepsi (meskipun ringan), guru mata pelajaran tidak mewajibkan siswa tersebut mengikuti renang.
c.    Memberikan informasi kepada orang tua bahwa siswa mempunyai penyakit tertentu untuk segera ditangani.
d.   Melakukan kampanye dan mengembangkan hidup sehat sebagai daya hidup semua siswa, dan warga sekolah lainnya untuk mencapai kualitas yang lebih baik dalam berbagai bidang kehidupan.
Sementara itu kekurangan metode pemeriksaan fisik dan kesehatan sebagai metode untuk memahami individu adalah sebagai berikut:
a.    Menjalin kerja sama dengan instasi kesehatan memerlukan keterampilan lobi dalam bentuk komunikasi verbal dan non verbal. Keterampilan semacam tersebut kadang kala tidak dimiliki oleh petugas sekolah, sehingga menghambat dilakukannya kerja sama.
b.    Pelayanan kesehatan kepada siswa pada umumnya belum menjadi prioritas program sekolah. UKS lebih sering sebagai kelengkapan institusi, dan PMR sebagai ekstra kulikuler yang dilakukan oleh sebagian kecil siswa.
c.    Kerja sama sekolah dengan orang tua, masyarakat, dan instansi kesehatan belum banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan siswa dan warga sekolah lainnya.
Peran Sekolah dalam Meningkatkan Kesehatan
Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus dan obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masukkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan mengakibatkan penyakit degeneratif. Perilaku tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal. Apalagi perilaku tidak sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya. Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul dari diri peserta didik sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun kurang, malas sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah. Peserta didik pun cenderung lebih menyukai dan banyak menonton televisi, bermain videogames, dan play station, sehingga mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami sakit dan beresiko terhadap berbagai penyakit degeneratif di usia dini. Untuk itu diperlukan fasilitas dan program pendidikan jasmani atau olah raga memadai dan terprogram dengan baik, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini sangat mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan berolah raga dengan bebas, menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran fisiknya. Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi sosialnya. Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Peserta didik pun akan mampu mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress tidak dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan akan menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya.
Cara Melaksanakan Pendidikan Kesehatan di Sekolah
a.    Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan, yaitu memiliki pengetahuan tentang isu kesehatan, memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat, memiliki keterampilan dalam pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan, memiliki kebiasaan hidup sehat, mampu menularkan perilaku hidup sehat, peserta didik tumbuh kembang secara harmonis, menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit, memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar, memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal Tujuan pendidikan kesehatan tersebut akan tercapai dengan melakukan berbagai cara pelaksanaannya.
b.    Cara melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah dilakukan melalui penyajian dan penanaman kebiasaan. Cara penyajian pendidikan lebih menekankan peran aktif peserta didik melalui kegiatan ceramah, diskusi, demonstrasi, pembimbingan, permainan, dan penugasan. Cara penanaman kebiasaan dilakukan melalui penugasan untuk melalukan cara hidup sehat sehari-hari dan pengamatan terus menerus oleh guru dan kepala sekolah. Keberhasilan pendidikan kesehatan ditentukan dengan adanya keteladanan dan dorongan dari kepala sekolah, guru, pegawai sekolah, dan orang tua. Keberhasilan itu juga ditentukan adanya hubungan guru dengan orang tua peserta didik, apa yang diberikan oleh guru di sekolah hendaknya juga didukung oleh orang tua di rumah.
c.    Materi pendidikan kesehatan yang diajarkan di sekolah berbeda-beda disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Materi pendidikan itu antara lain demam berdarah, flu burung, pelayanan gizi, kesehatan gigi dan mulut, pengelolaan sampah, pengelolaan tinja, sarana pembuangan limbah, pengelolaan air bersih, penyediaan air bersih, air dan sanitasinya, pegenalan pada penyakit menular dan pencegahannya. Khusus untuk peserta didik SMP/MTs dan SMA/SMK/MA ditambah dengan kesehatan reproduksi, bahaya rokok dan deteksi dini penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, minuman keras, dan bahan-bahan yang berbahaya serta zat adiktif (NAPZA) dan HIV/AIDS.

PENUTUP
Metode pemeriksaan fisik dan kesehatan sangat berpengaruh dalam hasil prestasi siswa.Metode pemeriksaan fisik dan kesehatan adalah cara memahami individu dengan mempelajari berbagai catatan mengenai fisik dan kesehatan individu yang bersangkutan, baik catatan terbaru maupun yang sudah berupa dokumen.Kondisi fisik dan kesehatan seseorang mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikisnya. Pertumbuhan dan keadaan jasmani(kesehatan) seseorang mempunyai pengaruh dalam perkembangan dirinya, terutama dalam proses dan hasil belajarnya.Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah :a.Inspeksi, b.Palpasi, c. Auskultasi, d.Perkusi
Pertumbuhan fisik anak dapat dibagimenjadi 4 periode utama, dua periode ditandai dengan periode yang cepat dan dua periode lainnya dicirikan oleh pertumbuhan yang lambat. Selama periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhan tumbuhnya sangat cepat. Pada akhir tahun pertama kehidupan pasca lahirnya, pertumbuhan seorang bayi memperlibatkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian menjadi stabil smpai anak memasuki tahap remaja, atau kematangan kehidupan seksualnya. Hal ini dapat dimulai ketika anak berusia sekitar 8 sampai 12 tahun.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa yaitu faktor internal, dan di dalam faktor internal terdapat faktor fisiologis. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
 Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:
1) menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
3) istirahat yang cukup dan sehat.
Kesehatan siswa perlu mendapat perhatian konselor dan guru mata pelajaran, meskipun hal ini bukan bidangnya. Perhatian tersebut tertuju pada gejala yang nampak akibat kesehatan yang terganggu, dan perlu diketahui sedini mungkin.Pemeriksaan fisik dan kesehatan dapat dilakukan secara periodik, misalnya 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali, atau dapat dilakukan secara insidental sesuai dengan kebutuhan ataui masaklah yang dihadapi. Data tentang keadaan fisik dan kesehatan siswa dapat dipergunakan sebagai pedoman oleh konselor dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, S. 2008. Pemahaman Individu II. Kudus: Program Studi Bimbingan dan konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus
Sumantri, Mulyani dan Nana Syaodi. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka
Sunarto dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Related Post

0 Komentar

NAMA KELOMPOK

NAMA KELOMPOK   NOVA HARDIANTI (201431004) HENI PRATIWI         (201431044) NOVI PUTRI PERTIWI (201431031) IDA AFITIYA SARI (2014310...